25 November 2016

Evaluasi

Entah apa yang kau katakan, terimakasih sudah menegur. Mungkin karena terbawa kondisi badan yang kurang fit, jadi agak terbawa emosi sesaat. Bukan emosi marah yang kutunjukkan, melainkan emosi hela nafas panjang sambil menahan air mata yang siap luruh di pelupuk mata.

Belajar untuk bersikap profesional, karena secara tidak langsung performa semangatku mempengaruhi kalian.

Aku lelah, kalian tau. Bukan sengaja ku buat untuk menjadi lelah, tapi keadaan yang menjadikannya seperti itu.

Aku ingin kalian tidak hanya melihat, tapi ikut merasakan. Aku mampu, kalian juga berusahalah untuk menjadi mampu. Bisa karena terbiasa itu pasti.

Kompetensi yang sama, itu yang aku inginkan wahai teman..

Kedepan, aku ingin kita tidak hanya bergantung pada satu dua orang. Aku percaya kalian mampu.

Terimakasih, sudah menjadikan aku lebih baik.

^_^

Share:

24 November 2016

Thank you, Stevie G

Beberapa jam yang lalu baca postingan akun instagram milik official Liverpool FC,  yang mengabarkan kalau pemain sekaligus kapten legenda yang pernah mereka miliki memutuskan untuk pensiun dari karirnya sebagai pemain sepakbola profesional. Steven George Gerrard.

"Following recent media speculation surrounding my future I can confirm my retirement from playing professional football. I have had an incredible career and am thankful for each and every moment of my time at Liverpool, England and LA Galaxy."

Stevie pensiun menjadi pemain sepakbola di usianya yang udah menginjak 36 tahun. Alasan dia pensiun salah satunya adalah ketika dia menyadari kalau performanya di lapangan hijau udah nggak sekuat dulu.

Ketika membaca kabar ini, ingatanku jadi flashback ke masa dimana aku pertama kali suka dengan pria kelahiran Whiston, 30 Mei 1980 ini #ultah si paman Stevie sama kayak Jati# penting? Abaikan. Haha

Mengidolakan seorang Steven Gerrard, berarti harus mengidolakan juga klub tempat dia bermain. Liverpool FC. Mereka berdua udah satu paket. Gerrard hampir menghabiskan 18 tahun karir sepakbola nya di Liverpool, tanpa ada niatan buat pindah ke klub manapun. Walau akhirnya kesetiaan dia teruji di tahun 2015, hijrah ke liga Amerika LA Galaxy karena beberapa alasan.

Ketertarikan ku sama -sebut aja dua sejoli- ini berawal di tahun 2005, ketika final liga champions di Stadion Attaturk Istanbul, Turki. Saat itu Liverpool bermain melawan klub Italia, Ac Milan. Yang aku tau waktu itu pertandingan final dimenangkan oleh LFC setelah menang drama adu pinalti. Final liga champions ini menjadi salah satu final paling dramatis sepanjang gelaran pertandingan liga champions yang pernah ada.

Sungguh, aku nggak mengikuti jalannya pertandingan dari awal sampai akhir. Nggak sengaja nonton karena kebangun gara-gara teriakannya mas ku yang heboh sendiri waktu nonton pertandingan ini. Aku nonton pas moment selebrasi Gerrard angkat piala. Seakan ikut terbawa sama euforia kemenangan, mata yang tadinya ngantuk malah jadi melek seger. Mulai ceriwis tanya-tanya sama mas, ini siapa..ini siapa? Nah.. dari moment itulah aku, hingga saat ini mendedikasikan diriku menjadi seorang Liverpudlian. ^_^

Tepatnya aku mulai mengidolakan dua sejoli ini sejak kelas dua SMP. Aku inget betul pas ke perpus pernah menyobek satu lembar koran yang memuat artikel tentang Gerrard. Nyobeknya pun ati-ati plus pelan-pelan. Suruh temen buat ngawasin petugas perpusnya, sementara aku tengok kanan-kiri buat mastiin kalau nggak ada yang tau kelakuanku. Ini semacam keahlian yang ter-uji nyali. Deg-deg an nya meeen. Kayak mau ngutil gorengan. Haha.

Ada lagi pengalaman waktu nyari posternya Gerrard. Ini gara-gara mas ku yang ngomporin buat beli poster jumbonya si ayang (?). Dia bilang, kalau di toko olahraga ada jual poster jumbonya Gerrard, bahan kertasnya bagus #kayak art papper#. Segera (maksa) ngajak ibu buat beli. Cari toko sport di mall Citra Land, tapi nggak ada yang jual. Sempet jengkel dan mau nangis juga. Prinsipnya waktu itu adalah harus dapet barang yang aku pengen. Keluar dari mall, aku menuju ke toko sport Leopard. Dan disana, taraaa.. ada!! Udah jadi hak milik, terus sampai di rumah dipasang di kamar. Senyum lebaaar. ^o^

Tiap hari Sabtu, aku selalu nggak pernah absen buat nglarisin dagangannya bapak agen koran. Koran yang aku beli biasanya Soccer atau Bola. Apalagi kalau bonusnya poster LFC. Di koran juga biasanya tercantum jadwal pertandingan home-away LFC, nanti aku tulis di kertas terus aku tempel di tembok. Kalau pas jadwalnya main, nggak peduli jam berapa pasti aku liat. Mau kalah mau menang, skornya pun aku catet. Biasanya nih kalau pas main tengah malem aku nya heboh teriak-teriak, ibu keluar kamar langsung matiin TV nya. Haha

Temen-temen juga baik, mereka tau kalau aku suka sama LFC. Kalau mereka punya koran yang artikelnya memuat tentang LFC atau Gerrard, mereka potong dan kasihin ke aku. Pernak-pernik pun mereka juga kasih. Gantungan kunci, mouse pad, jersey dari mas, jaket dari ibu, dll #pengen bed cover# ini namanya nglunjak. ^o^

Bolos kuliah malem gara-gara mau nonton live di TV waktu LFC menyambangi Indonesia dan bertanding melawan pemain sepakbola Indonesia All Star. Merasa baper tingkat dewa waktu belum ada kesempatan buat nonton live pas mereka kesini. Mungkin besok dikasih rezeki sama Allah buat nonton langsung di Anfield. Hehe.. Aamiin.

Tahun 2005, LFC masih ber-manager-kan seorang Rafael Benitez. Sedangkan pemain-pemain nya ada Gerrard, Alonso, Luis Garcia, Charager, Riise, Hamman, Cisse, Dudek, Milan Baros, dkk. Dari tahun ke tahun ada aja pemain yang keluar dan masuk pemain baru. Termasuk Torres dan Suarez.

Beberapa blunder juga pernah dilakukan oleh Gerrard, termasuk yang masih jelas diingatan adalah ketika adegan kepleset saat berhadapan melawan Chelsea dan akhirnya kalah dan akhirnya juga harus merelakan titel juara premiere league jatuh ke klub Manchester City. Kemudian kartu merah tercepat yang diberikan ke Gerrard, baru masuk kurang lebih setengah menit udah diusir dari lapangan. Kan sakiiit baaang. -_-

Terlepas dari itu semua, yang ingin aku ingat adalah prestasi yang sudah kau torehkan dan kesetiaan yang sudah kau tanamkan dalam dirimu untuk Liverpool. Bisa jadi kau sudah tidak kembali lagi bermain sepakbola secara profesional, tapi selalu ada kontribusi lebih yang bisa kau berikan pada klub yang telah membesarkanmu. :')

Thank you, Stevie G

You'll Never Walk Alone

Share:

22 November 2016

Aku dan cerita anak-anak

Sebagai fisioterapis peminatan di bidang anak-anak atau pediatri, pastilah aku punya cara sendiri bagaimana melakukan approach atau pendekatan terhadap mereka. Di klinik tumbuh kembang anak tempat aku bekerja, ada enam fisioterapis anak yang masing-masing juga punya cara sendiri bagaimana melakukan pendekatan terhadap mereka. Apalagi kalau si anak udah memasuki usia balita.

Umumnya anak-anak usia balita udah memasuki fase proteksi atau mawas diri, jadi udah tau mana yang dikenal dan belum dikenal. Biasanya mereka menolak atau terkesan malu-malu kalau ketemu sama orang baru. Naaah.. disinilah kreativitas seorang Ft pediatri harus dimunculkan. Apapun dan gimana pun caranya biar si anak ini mau kenal dan dekat sama kita. Capek..pasti!! Dan yang paling penting adalah mengesampingkan rasa malu. Haha.

Di tempat aku bekerja, aku sering disebut guru TK sama teman-temanku. Kenapa? Karena caraku melakukan approach ke anak-anak ini beda sama temanku yang lain. Kebanyakan dari mereka hanya memberikan mainan saat si anak rewel. Aku? Aku melakukan hal yang disebut multitasking. Hahaha

Menyanyi, cerita/mendongeng, bermain flashcard, dsb. Apapun aku lakukan biar si anak merasa nyaman dan tentunya biar dia anteng. Ngomong-ngomong soal cerita, banyak pasien anak balita yang udah mulai ngerti tentang tontonan.

Biasanya mereka akan menceritakan kembali apa yang udah mereka tonton. Kebanyakan film kartun/animasi anak-anak. Sinetron? Jarang laah, bahkan nggak ada. Para emak-emak nya aja mungkin yang nonton, anak-anak jangan sampai lah liat yang belum waktunya diliat. Mereka masih jiwa odong-odong dan masih pake shampo dee-dee. #hubungannya apa cobaaa?!!# Haha.

Aku kasih contoh pasienku yang bernama Koko #bukan nama sebenarnya#. Saat terapi nebulizer (untuk kondisi batuk pilek), si Koko ini sama sekali nggak kooperatif alias rewel banget. Jiwa guru tk ku keluar, "Ayo jagoan, pakai topeng iron man dulu yaa. Koko mau jadi super hero kayak iron man nggak?" Dia diem dan kemudian mengangguk. Haha, berhasil!! Padahal sebelumnya aku sama sekali belum pernah nonton film Iron Man. Cuma tau yang main Robert Downey Jr, pake pakaian robot warna merah tanpa embel-embel "Mataram Sakti". Haha

Sambil terapi, ibu bapaknya bilang kalau Koko suka sama film Kungfu Panda. Dengan ke-sok tau-an ku, aku cerita soal si Po -tokoh utama panda di film tsb- dan menirukan gaya kungfu Po saat ngelawan musuh. Tinju sama ciat..ciat.., bikin dia ketawa. Udah, yang ku inget cuma Po aja, karakter yang lain aku lupa. Selebihnya cuma tau biskuit "Hello Panda" isi coklat bungkus merah. Hahaha. ^o^

Kalau pas ketemu pasien balita cewek, pertanyaan andalanku pasti "kamu suka film frozen nggak kak?" Yang ditanya ngangguk. "Aku suka Elsa tante, dia bisa bikin es." Iyaa.. Elsa biasa nyetok es balok kok nak buat usaha rumahan dia. Hahaha, dasar bocah. Kalau udah gitu, biasanya aku pancing dia buat nyanyi. Aku dulu yang mulai, "Let it gooo..let it gooo", terus dia ikutan "Let it gooo..let it gooo." Udah selesai gitu aja, lanjutannya nggak apal! Hahaha!!

Ada satu pasien balita lagi, namanya Genade. Cuma mau diterapi sama aku, sama terapis yang lain dia nggak mau. Dia ini pasien yang penuh sama imajinasi , rasa ingin taunya besar, apa-apa ditanya. Dia percaya kalau ayahnya bisa berubah jadi Hulk. Jadi kalau pas sesi terapi dia rewel, aku pasti bilang. "Kakak mau ayah berubah jadi Hulk? Tante panggilin ayah yaa?" "Tidak-tidak, jangan tante.. Nad mau jadi anak baik aja." Hahaha.

Suatu hari si Genade ini batuk. Suara grok-grok nya kedengeran jelas sekali, diakibatkan karena banyaknya lendir/riak yang menumpuk di rongga dada. Aku bujuk dia supaya mau diterapi, "Nad terapi dulu yuk, tuh denger..di dada Nad banyak banget kodoknya. Denger suara krok-krok kodoknya nggak? Tante bantu ngluarin kodoknya yaa, nanti tante buang ke kali." "Iya tante, ini kodoknya jalan-jalan. Dibuang aja, biar ke kali sama ibu bapak nya." Hahaha.. Ya Allah, percakapan macam apa ini. Kalau aku udah ngobrol absurd sama Genade, orang-orang yang ada di klinik pasti pada ketawa!! ^o^

Genade juga suka nonton film anak animasi. Ini karena si bundanya rajin banget download film anak-anak pas di kantor, katanya memanfaatkan fasilitas internet yang ada. Waktu itu dia cerita tentang film zootopia sama finding dory. Dan dua film tersebut belum aku tonton. "Siapa itu Nad? Yang mana? Baik atau jahat?" aku terus bertanya, lalu dia bilang "tante Tika kok nggak tau siih?! Itu lho tanteee.. guritanya yang bisa berubah warna, ada ikan pausnya." Duuh..merasa sedih, karena nggak nyambung diajak cerita. Dua film itu belum tante tonton nak, baru aja kemarin minta film itu sama abang-abang tukang donlot film. Hahaha.

Empat tahun lalu ketika aku memutuskan untuk bekerja di sebuah klinik layanan tumbuh kembang anak, aku masih merasa bingung apa yang harus aku lakukan. Tapi makin kesini, aku jadi tau. Untuk bisa sedekat itu dengan mereka, caranya cuma satu. Masuk ke dunia nya. Dunia anak-anak. Ikutlah seperti apa yang mereka mau, tanpa harus meninggalkan status kita sebagai seorang yang dewasa. ^_^

Share:

20 November 2016

Dibalik layar seminar Solo

Pagi tadi sampai di depan UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) jam 09.15, dan ternyata nggak jadi dijemput sama temennya mbak Hanafi. Akhirnya kita berdua naik taksi. Sampai di kampus Poltek, tempat seminar diadakan. Di argo taksi sih tercantum harga 16rb sekian, tapi aturan taksinya tarif minimal 25rb. Kasiiih aja laah. -_-

Sampai di ruang seminar, ada Bu Heni Pediatri di meja administrasi. Salim sama beliau, "sampai ketemu di Semarang ya dek Tika" kata ibu. Iya, tanggal 12 Desember besok klinikku akan mengadakan acara seminar kecil yang hanya diikuti intern klinik aja, nggak buat umum. Dan narasumbernya Bu Heni. Ngelmu lagi sama beliau. ^_^

Pembicara seminar Introduction NeuroMuscular Taping diisi oleh Pak Sukadarwanto dan Bu Umi Budi Rahayu. Keduanya udah lulus bersertifikat dari NMT institute Indonesia. Beberapa point menjelaskan tentang bagaimana cara pemasangan taping, boleh ada tarikan atau tidak, indikasi dan kontraindikasi pemasangan, dsb. Untuk praktek pemasangan tadi, diajarkan bagaimana pemasangan taping di bagian leher (cervical), dada (pectoralis), punggung bawah (lumbal), lutut depan & belakang (knee anterior & posterior).

Seminar selesai jam 17.00 sore tadi. Sebelum seminar usai, aku sama mbak Hanafi riweuh sendiri cari barengan sampai depan UMS. Dari UMS nanti, kita naik bus patas jurusan Solo-Semarang. Usahakan dapet bus Rajawali, Shantika, atau Ismo. Tiga bus tersebut pemberhentian terakhirnya di Terminal Mangkang. Jadi nanti kita bisa turun di Krapyak.

Aku tanya sama beberapa peserta yang pulangnya ke arah UMS. Ketika udah dapet barengan, mbak Hanafi tiba-tiba bilang gini, "Nduk, Bu Tri kan pulang ke Semarang juga. Coba kamu tanya sama beliau." Bu Tri ini peserta seminar dari RS.Telogorejo Semarang. To the point aku bilang ke ibu kalau kita mau ikut bareng sampai Semarang. Si ibu dengan senang hati mau barengin kita berdua. Bu Tri ini dateng berdua sama anaknya namanya Danish dan anak temennya Bu Tri, namanya Vita. Jadi didalem mobil ada 5 orang. Termasuk aku sama mbak Hanafi.

Sebelum naik mobil tadi, aku serius mewanti-wanti mbak Hanafi buat jaga image. Jangan malu-maluin, kita ni dah lah numpang ndak usah lah ngrepotin orang. Aku bilang, "Mbak, nanti kalau diajak Bu Tri makan, jangan mau yaa!!" Trus lanjut ku bisikin di telinganya, "Jangan mau nolak. Rezeki nggak baik kalau ditolak" Hahaha, tawa mbak Hanafi pecah! ^o^

Di perjalanan pulang Bu Tri tanya, "Kamu putrinya Bu Retno ya?" Kujawab iya. Si ibu terkejut. "Ibukmu itu putih kayak londo, kok anaknya item?" Hahaha, gubrak!! Ini bukan item bu, ini eksotis. Item pun item manis gula jawa. ^o^

Kita istirahat sebentar di Salatiga, karena si driver - Danish- ngantuk berat. Cari makan dulu di sekitar pasar raya Salatiga. Jam menunjukan pukul 20.00. Pikiranku udah nyabang kemana-mana? Ini sampai Semarang jam berapa? Masih ada bis dari Banyumanik ke Mangkang atau nggak.
Soalnya diawal izin bareng tadi, aku bilang ke Bu Tri kalau nanti kita berdua turun di Banyumanik aja. Karena arah rumah beliau beda.

Selesai makan, kita lanjut jalan lagi. Danish ini kayaknya dia bener2 capek, nyetirnya ngebut, ngerem pun mendadak. Tapi masih bisa ditolerir lah, daripada mas sopir Indonesia Abadi. Hahaha.
Mobil sempat merapat di bahu jalan. Lagi-lagi Danish mengeluh ngantuk berat, dia tidur sebentar. Nggak ada 10 menit, dia berusaha on fire lagi. Kalau aja aku bisa nyetir, udah aku gantiin itu si Danish. Sayangnya kemampuan ku masih sebatas pegang setir nya aja. Hahaa

Sampai di percabangan jalan antara arah  Banyumanik dan Gayamsari, Danish milih arah Gayamsari. Duuuh..kok malah arah sini, pikirku. Bu Tri lupa kalau kita mau turun di Banyumanik. Tenangin pikiran, nanti pasti ada jalan.

Lagi serius mikir transport selanjutnya buat sampai di Krapyak, tiba-tiba Vita di telpon sama Ibunya. Agak nguping juga sih aku. Intinya dari pembicaraan telpon tadi, si Vita ini juga mau balik ke Krapyak. Orang tuanya nunggu dia di pom bensin Gayamsari. Ahaa..triiing!! Kemampuan bersilat lidah ku keluarkan. Haha. Kita berdua minta bareng juga sampai Krapyak. Dan diiyakan sama Vita. Makasiiih Vita.

Setelah kenalan sama ortu Vita, baru aku tau kalau ibunya Vita -Bu Ning namanya- juga seorang Fisioterapis di RS.Telogorejo, sama kayak Bu Tri. Dan beliau kenal sama ibuku juga. Ini sih namanya ultra rezeki yang disponsori penuh sama ibunda tercinta. Koneksi mu hebat maaak!! Haha. Berkat beliau, aku sama mbak hanafi jadi hemat biaya perjalanan pulang. ^o^

Sampai rumah jam 22.00, langsung mandi. Nyopotin taping yang ada di leher, ada empat strip dan itu bikin gatel. Mungkin karena motongnya nggak rata dan pas kebagian taping warna hitam/gelap juga yang lebih bisa menimbulkan rasa gatal/alergi dibanding dengan taping warna cerah.

Seminar kali ini, unpredictable. Rencana awal yang udah disusun apik, buyar. Haha. Tapi Alhamdulillah ada banyak hal menyenangkan di balik itu semua. ^_^

Nb:
Sisa taping yang udah terpotong masih banyak, si dia mau aku jadiin model. Pengennya nggak pakai taping, tapi pakai lakban. Biar greget pas nyopotnya nanti. Hahaha!!

Waktu nulis cerita ini, tiba-tiba ada sesuatu yang mendekat. Nggak bisa diliat, tapi kuat dirasakan. Mungkin itu yang namanya rindu...

Jangan sampai rinduku padamu melebihi rinduku padaNya. :')

Share:

Seminar Solo, kesiangan!!

Bicara tentang kota Solo, aku pernah menghabiskan waktu kurang lebih 1,5 tahun di kota ini untuk melanjutkan studi DIV di Poltekkes Kemenkes Surakarta jurusan Fisioterapi.

Waktu yang singkat, tapi meninggalkan banyak sekali kenangan. Hahaa. Terutama kenangan di kos putri Ghifari, milik ibu kos yang super duper baik hati. Bu Tatik namanya.

Hari ini, dengan menggunakan transportasi bus Shantika jurusan Semarang-Solo, aku dan mbak Hanafi berangkat menuju kota Solo untuk mengikuti seminar NMT (Neuro Muscular Tapping) yang dilaksanakan di kampus kita dulu. Pokoknya tentang kinesiotapping yang bisa diaplikasikan ke syaraf dan otot.

Rencana awal, kita berdua mau naik motor aja. Tapi karena nggak diizinkan sama ibunya mbak Hanafi, jadilah kita naik bus.
Rencana awal juga, kita mau berangkat jam 05.00 pagi tadi via terminal Sukun Banyumanik. Motor kita titipkan di penitipan motor. Tapi apa dayaaa.. kita bangun kesiangan!!! Hahaa

Aku bangun 05.30, warbiyasaah!! >_<
Mandi super kilat, dandan rapi, langsung cus diantar bapak sampai depan SMP N 16. Mbak Hanafi udah nunggu. Dia juga kesiangan ternyata.

Waktu sampai di Jerakah, ada satu bus Shantika jurusan Semarang-Solo yang udah standby. Pikirku nggak usah sampai sukun lah, kita naik dari jerakah aja. Tapi bingung, motor mau dititipkan dimana? Akhirnya diputuskan, motor aku titipkan di kampus DIII ku dulu (Stikes Widya Husada) di Krapyak. Udah bolo juga sama pak satpamnya, jadi santai. Makasih pak yang aku lupa namanya. ^_^

Dari kampus WH sampai depan lampu merah Suharti, kita berdua jalan cepet. Anggap aja olahraga. Begitu sampai depan, bapak ojek bilang kalau bus shantika yang kita liat tadi barusan aja berangkat. Baguuus!!! Kita disuruh nunggu 30 menit lagi. Nunggu bus selanjutnya sambil ngitungin jumlah motor yang lewat. Eeh..ada bapak2 pakai jaket merah Mataram Sakti. Ketawa lah akuu, ingat obrolanku sama dia. Hahaha!!

Bus Shantika selanjutnya dateng, kita naik. Pakai masker, off in ac di atas kepala, tidur. Mbak Hanafi sih yang tidur, aku jagain dia aja. Dia harus tetap muslimah walau saat lagi tidur. Haha.
Kita berdua nggak begitu kuat sama ac bis. Pasti dimatiin ac nya. Kebiasaan ini juga aku lakukan kalau lagi naik bus patas luar kotaan.

Jam sekarang menunjukan waktu 07.56. Empat menit lagi seminar mulai, dan kita baru sampai Salatiga. Emeiziing! Haha. Nggak apalah, senyampainya aja. Kataku ke mbak Hanafi. Nanti sampai UMS, kita dijemput sama temennya mbak Hanafi.

Satu temenku yang udah sampai di tempat seminar, kusuruh buat cari tempat duduk yang strategis. Dua dari depan lah kalau bisa. Jangan di depan persis juga, takut dikira pembicaranya malah. #gayaaa# Hahaha.

Seminar=SKP, iya memang dua hal itu nggak bisa dipisahkan. Banyak yang pengen SKP nya aja, ilmunya belakangan. Tapi ahsudahlah, terserah penyikapan dari masing-masing. Hehe

"Semoga pas sampai sana, seminar belum dimulai yaa." "Impossible!! Haha. Pasti udah mulai laah, nduk tikachuu!!" "Biarlah mbak, lakon teko keri." ^o^

Share:

09 November 2016

Safari di Taman Nasional Baluran (2)

Oke.. setelah cerita tadi siang sempat terhenti sementara karena aku harus siap-siap buat berangkat kerja, sore yang syahdu ini aku akan ajak kalian lagi buat jalan-jalan di imajinasi kalian masing-masing. Hehee. Yang udah pernah kesana silahkan bernostalgia tentang tempat ini, dan yang belum pernah kesana aku doakan semoga kalian diberi kesempatan ke tempat yang terkenal dengan sebutan "Africa van Java" ini. ^_^  

Kamis, 26 Maret 2015 @ Taman Nasional Baluran, 13.30 WIB 

Sesampainya di gerbang masuk TNB, aku segera menuju pos registrasi untuk melapor ke petugas yang berjaga kalau aku mau masuk ke dalam TNB saat itu juga. Aku masih ingat betul wajah dan nama bapak petugas TNB yang kala itu menyambutku. Namanya Pak Woto. 

Reaksi beliau sempat kaget dan nggak habis pikir ketika tau kalau aku pergi seorang diri, cewek pula. Hehe. Beliau menyarankan aku untuk masuk besok pagi aja, sekalian liat sunrise di Pantai Bama. Karena kalau dipaksa masuk saat itu juga, sampai di dalam TNB malah kesorean bahkan kemaleman. Jadi diambil baik dan amannya aja, lebih baik masuk besok pagi. Aku pun akhirnya manut sama si bapak. 

Lalu, dimanakah aku menginap? Aku sempat tanya-tanya ke pak Woto seputar penginapan yang ada di dalam TNB. Beliau bilang, kalau sendirian mending di homestay aja, jangan di dalem. Soalnya tarifnya lumayan mahal. Masih mending kalau dateng rombongan, bisa sharing cost sama yang lain. 

Dan pada akhirnya pak Woto ngebantu aku buat cari homestay di seputaran wilayah TNB. Pak Woto menghubungi temannya yang kurasa pemilik calon homestay yang bakal aku tinggali semalam. Nggak butuh waktu lama, akhirnya si bapak pemilik homestay mendatangi kita berdua. Aku kenalan sama bapak homestay, namanya Pak Imam. 

Ahhh.. ini jodoh sekali aku bisa langsung ketemu sama beliau. Karena dari berbagai sumber informasi yang aku baca sebelum pergi ke TNB, banyak yang merekomendasikan homestay pak Imam ini. Alhamdulillah. ^_^. 

Setelah mengucapkan terimakasih dan pamit ke Pak Woto, aku dan Pak Imam langsung meluncur ke homestay.


Gerbang masuk Taman Nasional Baluran ini terletak persis di pinggir jalan raya, dan bersebelahan dengan Desa Wisata Kebangsaan. Ketika masuk di Desa ini, kalian bakal menjumpai banyak sekali rumah penduduk yang dijadikan sebagai homestay. Termasuk Homestay Baluran Indah milik Pak Imam. 

Seakan tau kalau aku bisa aja merasa bosan karena harus diem di dalam homestay, Pak Imam ngajak aku berkeliling Desa Wisata. "Ayoook Pak Imam", jawabku bersemangat. Seperti konsep desa wisata pada umumnya, desa ini begitu rapi dan bersih. Kearifan lokalnya terasa sekali. Masyarakatya multikultural, semua melebur jadi satu. Indah teman-teman. ^_^

 

Sambil mengendarai sepeda motor, Pak Imam terus bercerita seputar Desa Wisata Kebangsaan. Aku mendengarkan sambil sibuk memotret objek indah yang ada di tempat ini. 

Di ujung Desa Wisata, ada sebuah pantai. Namanya Pantai Pandean. Banyak perahu yang bersandar di pinggir pantai ini. Dari situ aku tau kalau sebagian masyarakat DWK bermatapencaharian sebagai seorang nelayan.

 

Menjelang maghrib, kita berdua kembali lagi ke homestay. Pak Imam memintaku untuk bersih-bersih badan kemudian dilanjutkan istirahat karena besok pagi aku harus bangun subuh buat liat sunrise di Pantai Bama. Oh iya, tarif homestay Pak Imam ini per malam cukup kalian bayar seharga 50rb. Sedangkan untuk sewa kendaraan dan guide (Pak Imam) sendiri selama bersafari esok hari, aku merogoh kocek sebesar 150rb. 

Waktu mau tidur, Bapak telfon. Dia menanyakan apakah aku udah sampai di Surabaya atau belum. Hahaha. Yang kayak gini ini jangan dicontoh ya teman-teman. Sebenernya, kepergianku ke TNB ini tanpa izin lebih dulu ke Ibu Bapak. Aku pamitnya ikut seminar di Surabaya. Kalau ini aku nggak bohong, karena beneran ikut seminar. Aku bilang ke bapak kalau aku menginap di kos temen yang ada di Surabaya. Padahaaal..?!! Hahaa. Dan waktu telfon, si Bapak pengen bicara sama temenku. "Yasalaaam..temen siapa paak?!" batinku. Buru-buru aku matikan telfon dari Bapak dengan alasan aku capek dan temenku belum pulang kerja. Ahh.. berulang kali, maafkan anakmu ya pak. ^_^ 

Jum'at, 27 Maret 2016 @ Homestay Baluran Indah, 05.00 WIB 

Satu kata, kesiangan!! >_<. Hahaha. Setelah shalat subuh, aku bergegas nyamperin Pak Imam. Aku tanya ke beliau, jam segini kita bisa dapet sunrise Pantai Bama atau nggak. Pak Imam bilang kalau ini udah kesiangan, kalau dipaksa masuk ke dalem TNB malah nggak bisa liat sunrise. Jadilah Pak Imam ngajak aku ke Pantai Pandean lagi buat liat sunrise disana yang nggak kalah indah. Tak apalah, aku juga bukan tipe pengejar sunrise. Hehe

 

Setelah puas liat sunrise di Pantai 
Pandean, Pak Imam langsung membawa aku masuk ke TNB. Karena kemarin aku udah bilang ke Pak Woto kalau mau masuk jam 06.00 pagi. Bener-bener indah pemandangannya, aku betah lama-lama di desa ini. Cerah, bahkan Gunung Raung pun kelihatan. Awesome!! ^_^

 

@ Taman Nasional Baluran, 06.00 WIB 

FYI, di dalam Taman Nasional Baluran kamu bisa melihat kawasan Hutan Evergreen (yang masih hijau meskipun kemarau), luasnya Savana Bekol, Mangrove Trail, Pantai Bama, dan gagahnya Gunung Baluran. Paket komplit. Untuk masuk sampai ke dalam dari pos jaga, kira-kira membutuhkan waktu kurang lebih 30-45 menit. Jauh memang. Makanya pakai sepeda motor, kalau jalan kaki kok kayaknya mendzalimi si kaki. Haha. Sebelum masuk, kita berdua narsis-narsisan dulu.. Haha

 

Tiket masuk sudah ditangan, markicaaaab Pak Imam!!! Welcome to Baluran..!! ^_^

 

Memasuki kawasan Hutan Evergreen. Disepanjang perjalanan, aku banyak menjumpai sekumpulan kupu-kupe berwarna-warni yang terbang rendah, lalu ada ayam hutan juga. Bagus ayamnya, bulu-bulunya cantik kalau kena cahaya matahari. Ada kera hutan, burung, dan kalau "beruntung" bisa ketemu sama macan tutul. #doanya sih jangan sampai ketemu. Kata Pak Imam, populasi macan tutul di TNB udah mulai langka. Hanya tinggal beberapa aja. Hal ini berdasarkan info dari polisi hutan di TNB yang melakukan survey. 

Foto bersama tengkorak banteng yang jadi fauna endemik di TNB.

Savana Bekol...!!

Pantai Bama!! Private beach. Airnya tenaaang banget, nggak ada ombak sama sekali. Hati-hati sama barang bawaan atau makanan yaa. Monyetnya agak ngegemesin. Haha

 

Mangrove Trail!!

Ngobrol dan ngopi-ngopi dulu sama polisi hutan TNB. Ada mas ferdi yang lulusan IPB dan mas kaos merah yang aku lupa namanya. Hehe

Kurang lebih 4 jam lamanya aku bersafari ke TNB. Nggak sempet ke Gardu Pandangnya dan belum liat kawanan Banteng. Suatu hari nanti bolehlah ngulang kesini lagi sama kamu. Iyaaa...kamu!! Hahaha

Di Savana Bekol ini jangan berharap ada sinyal. Cerita polhut TNB, kalau mereka mau nelfon harus ke pos jaga di pintu gerbang masuk dulu. Lampu pun mati di jam 21.00 malam. 

Saatnya pulaaang. Karena sabtu pagi aku harus udah ada di Surabaya buat ikut seminar di RSUD Soetomo. Singkat tapi berkesan. Terimakasih Pak Imam, mas Ferdi, Mas kaos merah, Bu Kantin, Icha, Taruna, Mas sopir bis Indonesia Abadi beserta mas kondektur. Khususnya buat Ibu dan Bapak. Dan selebihnya milik Allah swt karena perlindunganNya. 

See You Sooooooon, Baluran..!!! ^_^

 
Share:

Safari di Taman Nasional Baluran (1)

Kalau diingat-ingat waktu zaman SD dulu pas pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ibu Guru pernah menjelaskan kalau Indonesia memiliki banyak sekali Taman Nasional yang terletak di ujung barat sampai timur wilayah Indonesia. Yang di setiap tempat memiliki flora dan fauna endemiknya masing-masing. 

Dari sekian banyaknya Taman Nasional yang dijelaskan oleh beliau, yang termemori dengan jelas diingatankanku saat itu cuma ada beberapa aja. Salah duanya adalah Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di Jawa Barat dengan fauna endemiknya berupa Badak Bercula Satu dan Taman Nasional Baluran yang berada di Jawa Timur dengan fauna endemiknya berupa Banteng. 

Dan dalam hati, aku sempat berkata..."semoga suatu saat nanti aku bisa kesana." Itu adalah do'a seorang bocah SD yang baru dikabulkan sama Allah swt ketika sudah dewasa. Lama baru bisa terealisasi, tapi setidaknya aku diberi kesempatan untuk pergi ke salah satu Taman Nasional yang ku sebutkan tadi. Taman Nasional Baluran. 

Okee... aku pemanasan jari-jari dulu buat nulis catatan perjalanan yang mungkin bisa panjang, tapi mungkin juga pendek karena ada beberapa cerita yang akan ku persingkat. 

Perjalanan ini aku lakukan udah satu tahun yang lalu, jadi bisa dibilang ini merupakan cerita late post

Berawal dari ketika aku baca-baca majalah parenting di tempat kerja, ada artikel yang isinya menceritakan perjalanan sebuah keluarga yang lagi bersafari ke Taman Nasional Baluran. Ingatanku langsung flashback ke zaman SD yang aku ceritakan tadi. Dan makin meyakinkan diri kalau aku harus kesana. 

Mulai lah dari situ aku langsung cari info tentang bagaimana aku bisa sampai dan bertahan disana. Informasi tentang transportasi dan akomodasi udah didapat, tinggal memastikan tanggal keberangkatannya aja. 

Ini yang susah, karena harus menyesuaikan dengan jadwal temen-temen yang lain. Jadi jauh-jauh bulan, aku udah bilang kalau aku mau ambil libur selama empat hari. Persiapan bulan Januari 2015, berangkat Maret 2015. Tiga bulan mameen..lamanya, udah nggak sabar pengen go away! Hahaa 

Rabu, 25 Maret 2015 @ Terminal Terboyo Semarang, 22.00 WIB 

Keberangkatanku diantar sama Ibu dan Bapak. Nampak kekhawatiran di wajah dan pikiran beliau berdua, mengingat aku melakukan perjalanan seorang diri tanpa satupun teman yang menemani. Iyaa.. aku sendirian. Sebelum hari H keberangkatan, aku udah koar-koar ke teman-teman kalau aku mau ke TNB, kalau ada yang tertarik dan mau ikut silahkan aja. Aku malah seneng banget ada temannya. Tapi nyatanya nggak ada. Selain kendala jam kerja, juga kendala biaya yang jadi permasalahan. Yaudahlah, jadi solo traveller aja. ^_^ 

Berangkat menggunakan Bis Patas Indonesia jurusan Semarang-Surabaya dengan tarif 100rb rupiah (termasuk kupon makan) dan waktu tempuh sekitar 7 jam perjalanan. Waktu itu bis dalam kondisi lengang, cuma ada beberapa orang aja termasuk aku. Karena melakukan perjalanan dimalam hari, pastilah pemandangan di luar juga nggak begitu kelihatan, jadi aku memilih buat tidur. Jam 03.00 pagi, bis berhenti di salah satu rumah makan di daerah Tuban. Ini sarapan terpagi. Hahaa. Makan terlalu pagi udah, lanjut perjalanan lagi menuju Surabaya. 

Kamis, 26 Maret 2015 @ Terminal Bungurasih/Purabaya, 05.30 WIB 

Sampai di terminal dan begitu turun dari bis, aku udah berasa kayak artis yang langsung diburu wartawan. Tapi ini ceritanya beda. Aku cuma penumpang dengan wajah lesu ngantuk yang diburu para bapak-bapak sopir taksi, daihatsu, ojek menawarkan jasa transportasi. Maaf ya.. nggak ada yang aku pilih. Aku cuma mau bapak mertua aja, pak. Hahaha.. #Abaikan# 

Setelah bersih-bersih di fasilitas toilet yang udah disediakan dan berbayar, aku langsung menuju terminal keberangkatan yang disana udah ada banyaaaaak banget bis-bis yang udah mangkal #duh bahasanyaa..haha# sesuai jurusan yang tertera di papan penunjuk. 

Aku takjub waktu lihat terminal ini. Menurutku ini tertata sekali kalau dibandingkan sama terminal di kota sendiri #colek Bapak Wali.Hehe# 
Insya Allah kalau kalian kesini, udah nggak perlu takut nyasar atau bingung naik bis jurusan apa. 

Untuk melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Baluran yang terletak di Situbondo jawa Timur ini, aku harus menempuh perjalan lagi selama kurang lebih 6 jam. Sesuai rencana, aku memutuskan buat lewat jalur Probolinggo-Situbondo, bukan terusan ke Jember-Situbondo. Jadi pilahan bis selanjutnya jatuh ke Bis Patas Akas Asri jurusan Probolinggo turun di Terminal Banyu Angga. 

Tarif yang aku bayarkan sebesar 28rb dengan waktu tempuh selama 2 jam perjalanan. Ini yang aku suka kalau pergi menggunakan transportasi bis. Yang bisa dilihat banyak, jadi merasa rugi kalau mau tidur. Seperti perjalanan menuju Probolinggo, jejeran Pegunungan Hyang mulai memamerkan keindahannya. Masya Allah. Mata yang tadinya kerasa berat banget udah mau merem lagi, akhirnya dapet asupan vitamin A. ^_^ 

@ Terminal Banyu Angga, 08.30 WIB 

Sampai di terminal, aku dioper ke bis lain lagi untuk melanjutkan perjalanan. Sebuah bis ekonomi Indonesia Abadi yang wajah sopir bisnya ini campuran antara wajah komedian Bedu dan suaminya Mbak Reni #temen kuliah#, sedangkan wajah kondekturnya mirip sama wajahnya pemeran Ikal di film Laskar Pelangi. Dibayangin yaa.. Haha. 

Tarif yang aku keluarkan sebesar 36rb, dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam perjalanan. Aku memilih duduk di barisan paling depan bersebelahan sama seorang mahasiswi cantik yang kuliah di Malang dan mau pulang ke Situbondo, Namanya Icha. Tujuanku duduk di depan adalah biar ngeliat view nya enak, nggak terhalang sama kepala penumpang lain. Dan setelahnya aku baru tau, kalau apa yang aku pikirkan duduk di depan itu nyaman ternyata salah buesaaaar teman-teman!! Duuuuh!! Hahaha. Kapok! 

Aku lupa kalau karakter sopir bis Jawa Timuran ini udah pro, sekelas lah sama Vin Diesel di film fast furious. Aku nggak berhenti menggucap Asma Allah. Serius ini teman! Nggak kebayang kalau ibu ku naik bis ini, pasti dengan kekuatan "the power of emak-emak" nya, si ibu langsung nampol kepala si mas sopir sambil bilang, "Turunin aku sekarang" Hahaa.. mendadak ibu jadi anak abg. 

Sopir bis di daerah ini memang terkenal sama aksi ugal-ugalannya yang dibilang legal. Alhamdulillahnya aku bukan tipe pejalan yang mabukan. Banyak juga penumpang yang teriak kalau pas bis yang kita tumpangi ini papasan sama kendaraan kecil, bis kita nggak mau ngalah. Yang ada malah kendaraan-kendaraan kecil tadi yang minggir se minggir-minggirnya di pinggiran jalan. Warbiyasaaah!!! 

si Icha bilang, "Jangan kaget ya mbak, anggep lagi di sirkuit. Dinikmatin aja" Ya tapi nggak sengebut ini juga kalii. -_-. Tapi bener apa yang dibilang Icha, saking menikmatinya aku sampai ngantuk sendiri dan memilih buat tidur. 

Waktu lagi enak-enak tidur, aku dibangunin sama kondektur yang katanya udah sampai di Situbondo. Tapi aku bingung, kok bukan seperti tempat yang aku tuju. Untungnya ada si Icha, dia menjelaskan ke kondektur kalau aku mau ke Taman Nasional Baluran, bukan Gor Baluran. Elaaah si maaas kondek...tur. Dia gagal paham. Haha. Makasih Icha. 

Sepanjang perjalanan, Icha jadi tour guide on the bus. Dia banyak nunjukin tempat wisata apa aja yang ada di Situbondo. Salah satunya ada Pantai Pasir Putih yang nanti juga akan dilewati sama bis ini. Tapi dari semua keindahan Situbondo yang diceritakan sama si Icha, termasuk ketika aku merasa takjub sama pemandangan setelah gapura "Selamat Datang di Situbondo" yaitu berupa lautan lepas dan nampak Gunung Agung dari kejauhan sana, ada hal lain yang bikin aku..entahlah, susah dijelaskan sama kata-kata. Hehe #gaya# 

Adalah ketika bis melewati sebuah wilayah yang bernama "Panarukan" #nulis ini sambil merinding#. Icha tanya,"Mbak tau Panarukan?" Sambil pikiranku menerawang mengingat-ingat nama yang familiar ini. "Anyer-Panarukan, Cha. Kerja rodi zaman Gubernur Jendral Daendles." Bagi kalian yang suka sama sejarah, pasti tau tentang kisah pekerja zaman kolonial Hindia-Belanda yang membuka jalan dari ujung Jawa Barat sampai Ujung Timur Pulau Jawa. Icha tersenyum tipis, "Iya Mbak, ini jalannya". 

Icha turun di Terminal Situbondo. Sebelum turun, Icha ngasih aku cemilan berupa bakpia Malang. "Ini buat cemilan Mbak Tika nanti di perjalanan." Haaah...tau banget dia kalau aku kelaparan. haha. Kita juga tukeran pin BBM, dan diakhiri dengan ber-say goodbye. Terimakasih Icha. 

Satu pemikiran yang harus kamu pegang selama bepergian jauh sendirian. Asal niat berpergian kita baik, jangan takut sama keadaan sekitar yang baru kita datangi. Insya Allah masih banyak orang baik diluar sana. 

Dari terminal Situbondo ke Taman Nasional Baluran cukup ditempuh dengan waktu 1 jam perjalanan. "Yess, udah mau sampaiii..!!" batinku dalam hati. Jalan berubah menjadi agak menanjak dan di kanan-kiri jalan berupa hutan jati. Aku melihatnya kayak Alas Roban di Batang, Jawa Tengah.

Tapi apa yang terjadiii.. udah mau sampai malah bis yang aku tumpangi ini mogok. Akhirnya kita dioper ke bis kecil pintu dua. Yang didalemnya udah penuh berjubel sama penumpang lain. Apesnya, aku nggak kebagian tempat duduk dan harus berdiri diantara para laki-laki yang kalau dilihat dari penampilannya seperti Taruna Sekolah Akademi. Bener-bener nggak nyaman sama sekali. Aku nggak masalah sama posisiku yang berdiri nggak dapet tempat duduk. Yang aku permasalahkan adalah perlakuan kurang ajar yang dilakukan sama salah satu dari mereka. 

Aku coba bertahan dan masih bisa bersabar. Dan kesabaranku berbuah hasil. Ada salah satu Taruna juga yang beruntungnya dia dapet tempat duduk, mempersilahkan aku untuk duduk di tempat dia. Dia mengalah dan memilih buat berdiri disampingku. Mungkin dia menangkap ketidak nyamanan di wajahku ini. Pokoknya mah, terimakasih banyak yaa sudah menyelamatkanku dari sarang penyamunnya teman-temanmu. Dia orang baik kedua yang kutemui setelah Icha. ^_^

*Buat para wanita yang bepergian jauh sendirian, hal seperti ini juga harus dipikirkan. Ingat kata Bang Napi, "Kejahatan tidak selalu terjadi hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan! Waspadalah, waspadalah!!!" * 

Dan akhirnya setelah melalaui perjalanan panjang dan cerita yang beragam..sampai juga di depan gerbang Taman Nasional Baluran yang persis ada di pinggir jalan. Alhamdulillah. Terimakasih ya Allah.. Ibu Bapak, anakmu sudah sampai tempat tujuan. ^_^
Share:

07 November 2016

up to 3153 mdpl

Akhir bulan Oktober kemarin ku tutup dengan acara naik-naik ke puncak gunung bersama trio bolita. Anga, Pram dan Tanjung. Ini kali keempat aku naik gunung sama Anga dan Pram, kalau sama Tanjung baru dua kali. Kita berempat memilih naik ke gunung Sindoro via Sigedang atau jalur Tambi, Wonosobo.

Sesuai rencana, kita berangkat hari Sabtu pagi tanggal 29 Oktober 2016. Meeting point di rumah Anga daerah Gunung Pati.

Malam sebelumnya si Pram bilang kalau dia malah nggak enak badan, lututnya udah mulai kerasa sakit. Lalu ku bilang, "besok pagi datang lebih awal ke rumahku. Ku terapi sebentar itu lututmu". 

Sabtu pagi jam 07.30, Pram udah sampai di rumah. Ku terapi lututnya pakai sinar infra red sama ku pasang kinesiotaping sambil mulutku komat-kamit baca do'a biar lututnya nggak kambuh kayak waktu naik ke gunung Sumbing beberapa waktu yang lalu. Haha 

Jam 08.30 setelah pamit ke ibu bapak, aku dan Pram langsung cuus ke rumah Anga. Dan begitu sampai sana, ternyata Anga belum balik ke rumah dari jam 06.00 pagi. Kata ibunya Anga, Anga ini nunggu si Tanjung di kosan tapi kok nggak balik-balik. Baiklah, kita berdua nunggu Anga sama tanjung dulu sambil ngemil klepon ungu bikinan si ibu. 

*sambil nunggu Anga sama Tanjung, kita flashback bentar yaa.. gimana aku bisa dapet izin naik gunung dari ibu bapak. Haha* 

( Aku izin ke ibu udah jauh-jauh bulan kalau mau naik gunung lagi, mumpung si Anga pulang. Dan reaksi ibu cuma " Halaah..naik gunung lagi. " udah, cuma gitu aja reaksi jawaban dari ibu. Aku takjub teman-teman. Karena biasanya jawaban ibu akan panjang kali lebar dan berujung pada adegan mendiamkan aku sampai hari H. Tapi pas kemarin itu si ibu bener-bener kayak udah "sakarepmu". Dan bahkan ibu yang malah nyiapin logistik pendakian kemarin. Terimakasih ibu. hahaha. Lain ibu lain juga bapak. Menjelang hari H pendakian, bapak malah nyuruh aku batalin acara naik gunungnya karena cuaca lagi nggak kondusif. Sempat berdebat dikit waktu itu. Hehe, maaf ya pak yaa. Lalu keluarlah kalimat ampuhku buat ngayem-ayem si bapak biar nggak terlalu khawatir. " Percaya sama aku pak. Insya Allah aman. " Reaksinya kurang lebih sama kayak ibu. "Sakarepmu". I love both of them. ^_^ ) 
* flashback selesai. the end * 

 Kurang lebih 1 jam kita nunggu mereka berdua. Dan akhirnya datanglah si bongsor dan si gundul, Anga sama Tanjung. Sebelum berangkat kita berempat sarapan dulu sama masakan ibunya Anga -Aku manggilnya Mamak- 

Selesai sarapan, kita bongkar muat 
bawaan. Cek perkap jangan sampai ada yang ketinggalan. Prepare cukup, jam 10.30 kita berempat pamit ke Mamak sama bapak. Bismillahirrahmanirrahim. 

Perjalanan ke Wonosobo, kita memilih lewat jalur dalam ( Boja-Sukorejo-Temanggung-Wonosobo ) buat menghemat waktu. Dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam dan diguyur hujan yang deres banget di tengah jalan, akhirnya kita sampai juga di basecamp gunung Sindoro via Sigedang. 

Disini kita disambut sama Mbah Amin -dianggap sebagai juru kunci Gunung Sindoro- dan Mas Anas. Cuaca waktu itu lagi nggak bersahabat. Hujan terus mengguyur dari siang sampai sore. Setelah melakukan registrasi dan diberi wejangan oleh beliau berdua, kita memutuskan buat siap-siap berangkat dalam keadaan hujan. Hujan rindu. Haha... Apasiiiih!! ^~^  
Jam 15.30 kita berempat pamit ke Mbah Amin untuk berangkat, beliau berpesan untuk selalu berhati-hati baik lisan ataupun perbuatan. Kalau ada apa-apa segera menghubungi basecamp. 

Kita berempat berkumpul membentuk lingkaran kecil, berdoa semoga selama pendakian kita selalu dalam lindungan Allah swt. Aamiin. Dan nggak lupa tos "hoi" pelan, seperti yang biasa aku, Anga, Pram lakukan. Biar semangat. Pasukan Punk In Love berangkaaat!! Nama ini digagas sama Tanjung. Hahaha.. Tanjung Alay! Punk In Love adalah sebuah film Indonesia yang pemeran utamanya ada empat orang. Tiga cowok dan satu cewek. Persis sama formasi kita ini. 

Dari basecamp sampai ke pos bayangan memerlukan waktu kira-kira 45 menit perjalanan jalan kaki. Dengan kondisi jalan menanjak. Hujan pula. 

Tapi Alhamdulillah berkat do'a para ibu-ibu di rumah, ada mobil pick-up yang bersedia mengangkut kita sampai pos bayangan. Terimaksih mas yang aku nggak tau namanya. ^_^ 

Sampai di pos bayangan, kita membelah perkebunan teh untuk menuju Pos I. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 30 menit. Pos I ini berupa tempat penimbangan daun teh. Disini kita istirahat sebentar buat sholat Ashar. Setelahnya kita lanjut jalan lagi menuju Pos II yang sepanjang perjalanan masih didominasi sama perkebunan teh. Waktu tempuh untuk sampai di Pos II kira-kira sama, 30 menit. 

Sama seperti Pos I, di Pos II ini bangunannya juga dipakai sebagai tempat penimbangan daun teh. Nah, sampai di Pos II inilah aku mulai ngerasa alergi gatal-gatal ku kambuh kalau dingin. Dan parahnya lupa nggak bawa obat anti alergi -Dextamin-. 

Yang lain sempet panik, tapi kutenangkan pikiran mereka kalau alergi ini nggak berlangsung lama, nanti ilang sendiri. Lanjut jalan lagi sampai di pos patok wesi. Disini kita nggak istirahat, tapi langsung jalan terus menuju Pos III. 

Perjalanan menuju Pos III ini kita mulai memasuki kawasan hutan belantara. Kondisi jalan terus menanjak. Dan aku nggak terlalu berharap ada banyak bonus landai karena jalur ini memang terkenal dengan tracknya yang terus menanjak. 

Adzan maghrib mulai terdengar, kita berhenti sebentar sambil minum,ngemil, dan menerapi kakinya Anga yang kram. Adzan maghrib selesai, perut udah terisi dan kaki Anga udah mendingan, kita lanjut jalan lagi. 

Diperjalanan kita ketemu sama rombongan pendaki lain yang mendirikan camp di area yang cukup datar dan lebar. Bisa buat mendirikan dua tenda. Kita disuruh mampir dulu ke tenda mereka, tapi kita menolak dan mau langsung lanjut aja ke Pos III. Dan yang membahagiakan, si mas pendaki ini bilang kalau Pos III udah deket. Kira-kira 15 menit lagi lah dari tempat mereka nge camp. Thanks mas infonya, kita berempat capcuuus lanjut jalan lagi. Dan bener aja, baru jalan sebentar kita udah sampai di Pos III Watu Tulis. 

Kita berhenti cukup lama disini buat ishoma. Masak air buat bikin minuman hangat sama makan nasi bungkus yang aku bawa dari rumah. Lauk dari ibu duet sama lauk dari mamak. Satu kata, nikmat. ^_^ 

Pas lagi asik makan, kita ketemu lagi nih sama rombongan pendaki yang mau naik. Mereka berempat cowok semua, dan cuma satu orang yang bawa tas ransel biasa. Tiga yang lain cuma bawa diri aja. Kulihat penampilan mereka ini keliatan santai bin nekat. Alas kaki yang mereka pakai bukan sandal atau sepatu standar pendakian. Tapi sandal trepes kayak yang di hotel-hotel itu. Senter pun cuma satu. Tenda juga mereka nggak bawa. Cuma bawa bekas MMT aja. Meeen.. itu mereka rock n roll banget!! edaan!! nggak tau apa cuaca lagi kayak gini. Bukan sangar, tapi ngawur. >_< Ahsudahlah, tinggalkan cerita tentang mereka. 

1 jam kita istirahat di Pos III Watu Tulis, kita beres-beres barang-barang lagi buat melanjutkan perjalanan. Tepat jam 20.00 kita start naik lagi. 

Dari Pos III menuju Pos IV yang di dominasi sama hutan mati bekas kebakaran yang melanda Gunung Sindoro beberapa waktu yang lalu. Jalan terus menanjak dan sampailah kita di Pos Watu Susu. Eeeh.. ketemu lagi sama pendaki nekat yang kita sapa di Pos III tadi. Mereka menggelar bekas MMT di tempat datar. Menawari kita buat istirahat di tempat mereka. Tapi lagi-lagi kita berterimakasih, karena kita lebih memilih buat istirahat sebentar, minum, kemudian lanjut naik lagi. Berpacu sama cuaca. Kita pamit ke mereka untuk lanjut naik lagi. 

Watu Susu menuju Pos IV Gardu Pandang ini yang kita rasa beraaaaat banget. Kita berada di ladang batu. Jadi harus aware banget kalau ada batu yang labil. Jangan sampai salah injak. Berasanya track ini kok nggak sampai-sampai dan nggak ada habisnya. Kita malah mikir kalau jangan-jangan Pos IV udah kelewatan dan kita nggak tau. 

Aku terus menanyakan ke Tanjung yang dari awal pendakian dia selalu jadi yang terdepan, terkokoh, terkuat dan tak tertandingi. Taruna harus kuat, nggak boleh lemah!! 

"Udah kelihatan belum njung plang Pos IV nya?" Dia jawab, Belum. Kutanya lagi, "Kira-kira jodohku udah keliatan belum njung?" Hahaha.. pada ketawa! :D 

Menuju Pos IV ini, Anga yang paling kewalahan. Dia mengeluh sesak nafas. Karena bau belerang yang mulai menyengat. Ditambah beban tas yang dibawa dia berat, track nanjak, dan lagi-lagi harus berpacu sama cuaca. Karena kabut udah mulai naik dan awan hitam yang mulai menggantung. Ah Ya Allah, nggak karuan kali perasaanku waktu itu. 

Tanjung memutuskan buat naik duluan, dia cari jalan buat memastikan Pos IV udah deket. Dan Alhamdulillah, teriakan Tanjung terdengar, " Pos IV!!! yok semangat!!! " kita bertiga bergegas ke arah suara Tanjung. 

Akhirnyaa.. Pos IV terjamah juga di jam 22.30. Kita memutuskan buat mendirikan tenda disini. Dengan tempat yang nggak bisa disebut datar dan agak miring, tenda kita bisa berdiri juga. Tenda si Ijo Great Outdoor kapasitas 6 orang jadi tempat tidur kita malam itu. 

Minggu, 30 Oktober 2016 

Selamat Pagi Semesta... ^_^
Bangun..sholat subuh..ngapelin matahari pagi beserta keindahannya..sarapan..bongkar tenda dan beres-beres perkap..foto-foto bentar..lanjut naik lagi. 

Semangat!!! Start dari Pos IV jam 06.30 Ladang batu II mulai kita lewati.
Etape -anggep lagi sepedaan- yang satu ini aku yang mulai melemah. Formasi terpecah jadi dua. Anga dan Tanjung, Aku dan Pram. 

FYI, selama pendakian yang aku lakukan bersama mereka, Pram selalu berdiri di belakangku. Ceritanya yang melindungi dan menjaga. Thankyou Praam. ^_^
Setelah jalan nanjak selama 1,5 jam, sampai juga kita di puncaaaak!!! Allahuakbar!! Hai Sindoro, kusapa kau beberapa waktu yang lalu dan baru sekarang bisa menyambangimu. 

Entah jodoh atau apa yaa.. kita ketemu lagi sama pendaki nekat Pos III. Alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat. Alam berpihak pada mereka, karena semalam nggak jadi hujan. 

Di puncak kita foto-foto bentar di plang puncak Sindoro dan foto pakai tulisan-tulisan yang kertasnya kita pakai kertas bekas pendaki lain yang dengan pedenya mereka buang ke sembarang tempat. Setelahnya, kertas-kertas itu tadi kita buang ke trash bag yang Anga bawa. 

Salam kece kita berempat buat mbak budi. hahaha
1 jam kita di puncak, lalu turun ke Segoro Wedi yang luasnya berkali-kali lipat luas lapangan bola. Jalan di Segoro Wedi ini aku ngrasanya kayak jalan di planet lain. Karena saking luasnya dan lapang.
Puas foto-foto dan bikin video dokumenter, kita turun ke ladang sabana buat masak-masak. Isi tenaga buat perjalanan turun. Bagian masak-masak kuserahin sementara ke Si Gundul Tanjung dibantu sama Pram. Sementara aku lagi jadi medisnya Anga (lagi) karena pergelangan kaki dia sakit.
Perut Alhamdulillah udah kenyang, tenaga udah kembali on fire lagi. Tepat jam 10.00 kita melakukan perjalanan turun. Pasukan Punk In Love kembali melakukan ritual berdoa. Doa yang sama ketika kita akan naik. Bismillahirrahmanirrahim, wahai para ibu... anakmu pulang. 

Singkat cerita, kita sampai bawah jam 14.00. Berarti 4 jam kita turun. Kita salah jalur teman-teman. Hahaha. Harusnya kita turun tepat di jembatan Pos Bayangan. Tapi nyatanya nggak, kita bergeser agak jauh ke Basecamp Sindoro yang lain. Ini kaki rasanya udah nggak kuat buat jalan lagi. Mudah-mudahan ada pick up lewat. Dijabah do'a kita, ada pick up lewat dan kita diperbolehkan numpang bahkan dianter sekalian sampai basecamp Mbah Amin. Alhamdulillah. Terimaksih warga Tambi. 

Sampai basecamp kita disambut sama Mbah Amin. Dipersilahkan buat makan-makan dulu sama beliau. Nggak lupa juga kita beli stiker yang dijual buat kenang-kenangan sama titipan temen yang minta dibeliin. 

Jam 15.00 kita pamit ke Mbah Amin buat pulang ke Semarang. Kali ini kita ngejar waktu buat Tanjung. Karena Tanjung harus sampai di Asrama jam 20.00 lengkap dengan PDL nya. Kalau nggak, nanti dapet "snack" dari seniornya dan skors dari pihak akademi. Harapan buat menikmati es buah pupus sudah. Haha 

Memang selalu ada cerita di setiap perjalanan. Memasuki kawasan Bejen-Temanggung, motor Tanjung lepas rantai. Yang mengharuskan bongkar rantai se ban belakangnya. Udahlah hari minggu, manalah ada bengkel yang buka dan jual sparepart sepeda motor, di hutan pula ini kejadiannya. Akhirnya diputuskan, Pram sama Tanjung cari bengkel besar yang jual sparepart. Aku sama Anga jaga motor. 
Banyak di PHP in orang-orang yang lewat. Kebanyakan cuma ngeliat aja tanpa tanya kenapa, ada yang bisa dibantu. >_< 

Hampir satu jam nunggu, akhirnya mereka datang dengan bawa sparepart yang dibutuhkan. Ahh.. untunglah mereka laki-laki yang mengenal dunia permontiran, jadi bisa cepet. Kereeen caah!! ^_^
Selesai sudah tragedi motor Tanjung... kemudian kita pulaaaang!!! Tapi..tapi..tapi, baru beberapa meter dari TKP Tanjung, ini giliran motor yang aku tumpangi sama Pram yang bermasalah. Ban motor Pram bocor. 
Ya Allah.. apa yang sudah kita lakukan teman-teman. -_- 

Cari tambal ban dan ketemu. Tanjung sama Anga kupaksa buat jalan duluan, mengingat waktu itu udah jam 17.00. Walaupun sebenernya mereka berdua nggak tau jalan pulang. Haha. 

Nggak butuh waktu lama buat nambal ban, setengah jam kemudian aku sama Pram langsung melesat ke Semarang. Sampai di rumah Anga pas Adzan Isya'. Disambut sama senyum merekah Mamak. Alhamdulillah. 
Aku dan Pram bersih-bersih dulu dan makan sebelum pulang. Jam 20.00 kita berdua pamit. Pram mengantarku pulang, dan dia lanjut meneruskan perjalanan pulang ke rumahnya di daerah Mranggen. Bisa tidur nyenyak setelah Pram mengabari kalau dia udah sampai rumah, dan Tanjung yang juga tepat waktu sampai di Asrama. 

Sindoro, kau punya banyak hal untuk diceritakan...

Bukan seberapa kuat ataupun hebat, tapi mampu!! 
 
Share:

Music

Arsip Blog