13 Mei 2017

Belajar Metode Baru

Hari sabtu yang lalu atas perintah pak bos, aku difasilitasi untuk mengikuti sebuah pelatihan tentang metode terapi yang ditujukan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).

Metode ini merupakan kombinasi dari dua jenis terapi yang berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama, terapi berkonsep acupressure dan brain stimulation. Keduanya sama-sama untuk menstimulasi syaraf yang ada di dalam tubuh melalui tekhnik sentuhan. Karena diterapkan pada anak, maka acupressure tidak menggunakan jarum. Melainkan hanya dengan usapan tangan saja, tetapi tetap mengenai titik saraf sesuai dengan titik acupressure tersebut.

Sengaja berangkat lebih awal biar bisa dapet tempat duduk paling depan, biar lebih enak dengerin penjelasan dari narsum. Oiya, narsum kali ini berasal dari Palembang. Lulusan dari Poltekkes Surakarta juga. Dalam obrolan singkat kami berdua, beliau semangat buat nyuruh aku buat buka praktik mandiri sendiri. Nggak usah ikut kerja sama orang. Hehee.. Aamiin. Doanya juga seperti itu, bapak. :')

Secara keseluruhan, acara ini berlangsung dengan sangat lanjar jaya dan mantap djiwa. Para orang tua ABK yang begitu antusias mengikuti pelatihan walau kadang disibukkan dengan polah anak-anak spesial mereka yang out of control.
*love you, naaak..*

Panitia yang sempat dibuat stres di H-3 acara, karena tempat pelatihan yang tadinya udah di acc ternyata harus dicabut acc nya. Dan pada akhirnya minta bantuan sama Bapak Walikota kita tercinta, Pak Hendi buat nembusi tempat yang sekiranya bisa dipakai untuk acara ini. Salut buat mama Gaby. *prokprokproook..*

Dari awal, pihak panitia dan narsum memang mengkhususkan acara pelatihan ini hanya untuk orangtua ABK saja. Praktisi kesehatan tidak diperbolehkan untuk ikut. Jadi termasuknya, aku ini bejo sekali bisa lolos ikut masuk ke acara ini.

Aku membenarkan alasan yang beliau kemukakan. Orangtua lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak mereka daripada waktu bersama seorang praktisi kesehatan, dalam hal ini adalah seorang terapis. Katakanlah sehari 24 jam, waktu terapi hanya 1-1,5 jam. Sisanya adalah milik orangtua ABK. Nah, sekarang adalah bagaimana menggunakan sisa waktu tersebut secara optimal untuk anak spesial mereka.

Anak-anak spesial yang hebat ini, justru mengajarkan kepada kita apa arti kata kuat. Kuat menjalani hidup dengan segala ke-spesial-an yang Tuhan berikan. Anak-anak ini bukan untuk disembunyikan, melainkan ditampilkan dan dioptimalkan. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan anak-anak ini kelak, bergantung pada pola asuh, asah, asih yang orangtua berikan. ^_^

Share:

Music

Arsip Blog