24 Oktober 2016

Cinta Pertamaku, Bapak

"Doa seorang ayah adalah bait-bait  puisi terindah untuk anak-anaknya, terutama untuk anak perempuannya yang senantiasa ingin dijaganya untuk selamanya.."

Bapak...
Laki-laki paling kolot sedunia menurut versiku. Yang selalu memegang teguh apa itu arti kepercayaan dan tanggung jawab.
Dua hal tersebut benar-benar jadi prinsip hidup bapak.

Perayaan lulusan SMA, baju seragamku bersih dari coretan-coretan tanda tangan teman satu sekolah. Karena sebelum nya bapak udah mewanti-wanti aku buat nggak ikut-ikutan temanku yang lain.

Pernah juga pas aku SMA, waktu perayaan tahun baru. Aku merayakan pergantian tahun bersama salah satu temanku. Dan kalian tau, ternyata diam-diam bapak ngikutin aku. Takut aku pergi jauh-jauh. Hahaa.

Dan masih banyak lagi hal-hal kolot lainnya yang bapak terapkan ke anak-anaknya. Tapi hal ini agak sedikit nggak berlaku buat anak laki-lakinya. Mungkin karena aku anak perempuan satu-satunya, jadi sedikit manut sama bapak. Sedikit lho yaa. Aslinya banyak membangkang dan keras kepalanya. Hahaa, maaf ya pak.

Bapak...
Aku ingat cerita bapak, bagaimana cara bapak meminang ibu. Gentle bin slengek'an menurutku, haha. Waktu itu dari Semarang dengan mengendarai vespa merahnya menuju kota Salatiga, ke rumah ibu dan tanpa sepengetahuan ibu. Sampai disana, bapak bertemu dengan mbah kakung (bapaknya ibu). Kalian tau, bapak dengan pede tingkat dewanya merangkul mbah kakung, kemudian berkata yang intinya "anak bapak buat saya saja. Percayakan dia ke saya pak". Udah...sesimpel itu!!
Ibu yang waktu itu bersama mbah putri (ibunya ibu) sengaja mendengarkan pembicaraan antara mbah kung dan bapak, cuma bisa senyum dan ribut sendiri.
Wajar lah bu, aku pun sama kalau diposisi ibu. Haha.

Bapak...
Seorang petinju pada masanya dulu. Banyak temanku yang nggak percaya kalau dulu bapak adalah seorang petinju. Sampai ketika mereka main kerumah dan kuperlihatkan foto-foto gagahnya bapak di atas ring tinju, baru mereka percaya. ^o^
Harapan bapak sih, ada salah satu anaknya yang meneruskan jejak bakat bapak tersebut, tapi lagi-lagi ibu yang paling lantang berkata nggak. Haha

Bapak ini jarang marah, tapi kalau sekalinya marah... Astagfirullahaladzim. Jangan lah kalian liat bapakku waktu marah. Urat kendalinya putus mungkin. Pawangnya ada dua. Ibu dan Mas.

Percaya, aku pernah dilempar helm sama bapak. Alhamdulillah berkat do'a ibu mungkin yaa, si helm meleset persis di sisi kiri kepala, nggak sampai kena pas mukaku. Masalahnya karena waktu itu aku habis marahan sama ibu.

Bapak nggak terima kalau sampai ada anak-anaknya yang kurang ajar sama ibu. Pernah, bapak mengunci ibu dan mas di dalam rumah. Biar mas bisa introspeksi dan minta maaf sama ibu. Bapak juga yang memarahi habis-habisan adik laki-laki ku, dan berakhir dengan diciumnya kedua kaki ibu oleh adikku sambil meminta maaf disertai tangisan keduanya.

Bapak...
Si penderita asma. Aku ingat, waktu kelas lima SD, asma bapak kambuh begitu hebatnya. Sampai udah menyebut Asma Allah, seakan maut udah di depan mata. Tetangga udah pada kumpul. Pokoknya waktu itu rumah udah ramai sekali. Bapak dibawa ke rumah sakit dengan ibu. Aku ditinggal bersama mas dan adikku. Aku menangis histeris, dipeluk erat oleh tetanggaku. Berdoa semoga bapak baik-baik aja. Beberapa jam kemudian ibu menelpon. Alhamdulillah kondisi bapak sudah stabil.

Bapak...
Supporter aktivitasku. Diantara ketiga anak ibu dan bapak, mungkin aku yang punya ketahanan fisik lebih kuat dibanding mas dan adikku.
Waktu SD, aku pernah mengikuti lomba atletik di Tri Lomba Juang. Bapak sangat mensupport. Bapak juga mendaftarkan aku untuk les renang, dengan harapan nantinya aku bisa lolos masuk Angkatan Laut. Keinginan bapak yang satu ini pun masih dibahasnya lho sampai sekarang. Dan lagi-lagi nggak terijabah. Maaf ya pak. :')

Waktu SD aku pernah mengutarakan keinginanku untuk menjadi seorang Paskibraka Nasional. Lalu apa yang bapak bilang, " Paskibraka tingkat Kota aja bapak udah bangga nok ". Harapan yang ini terijabah pak. Kelas dua SMA aku lolos masuk Pasibraka tingkat Kota Semarang. Bangga ya pak. Hehe
Bicara tentang Paskibra, seakan sudah menjadi passion ku sejak masa sekolah. Kegiatan Paskibra yang aku ikuti selalu nggak lepas dari support ibu dan bapak.
Apapun kegiatannya selama itu positif, ibu dan bapak selalu mendukung.

Bapak...
You know me so well. Haha
Ibu dan bapak tau kalau aku suka jalan-jalan. Jadi kalau beliau berdua mau pergi jauh, biasanya aku yang paling bersemangat untuk ikut dibanding dua saudara laki-lakiku.

Kalau pas pergi ke luar kota, biasanya bapak melewatkanku ke jalan yang belum pernah aku lewati sebelumnya. Jadi lebih jauh memang, tapi aku suka. Ibu yang sering protes, " lha kok lewat jalan ini to pak? Kejauhan! ". Lalu bapak jawab, "Yawes ben to bu, wong anak wedokmu seneng jalan2 kok".  2 vs 1. Ibu kalah telak. Hahaha.

Sudah berapa kali aku bohong sama ibu dan bapak terkait mainku yang terlalu diluar jangkauan. Demi mendapatkan izin dari keduanya, aku rela berbohong. Nggak baik, tapi dilakuin. Hahaha

Waktu ke Taman Nasional Baluran Situbondo seorang diri, aku nggak izin ke beliau berdua. Aku cuma izin kalau mau ikut seminar di Surabaya. Kalau seminar, aku beneran ikut. Tapi sebelum hari-H seminar, aku melancong dulu ke TNB.
Sampai di TNB, bapak tiba-tiba telepon buat memastikan kalau aku udah sampai kos temanku di Surabaya. Dan bapak waktu itu pengen bicara sama temanku. Duuuar..haha!! Aku panik. Teman siapa paak. Jarak tempuh Surabaya - Situbondo 6 jam. Yang ada malah bapak pemilik homestay Baluran yang aku tempati. Segera aku tutup telpon bapak dengan alasan kalau temanku belum pulang kerja dan aku capek mau istirahat.

Barulah waktu sampai Semarang, aku ngaku ke bapak kalau aku pergi ke Situbondo sendirian. Dan apa kata bapak, "Bapak tau, ndak mungkin kamu cuma pergi seminar dengan bawa tas sebesar itu. Wong sebelum kamu pergi, kamu tanya-tanya ke bapak soal KA jurusan Banyuwangi. Tapi tenang, bapak ndak bilang ke ibumu." Aaah... makasih bapak. You're the best. Lalu gimana reaksi ibu waktu aku jujur? marah-marah laah. Haha, maaf ya bu.

Ada lagi, waktu aku pergi naik gunung Merbabu. Aku izinnya ke ibu bapak kalau aku mau ke Dieng selama dua hari. Beliau berdua mengizinkan dengan berat hati sebenernya. Sampai dirumah, bapak tanya sambil senyam senyum,  "beneran ke Dieng?" Haha, ketawan yaa. "aku habis naik gunung Merbabu,pak." ^o^

Bapak...
Tidak pernah menanyakan aku sudah punya pasangan atau belum. Beliau cuma berpesan, carilah pasangan yang seiman, beriman dan bertanggungjawab.
Insya Allah pak. Semoga Allah mengijabah dan mempertemukan seorang pria yang kau percaya bisa membimbing dan membahagiakan satu-satunya anak perempuanmu ini. Aamiin.

Sapaan "Hai" yang selalu diucapkan bapak kalau aku udah sampai di rumah selepas pulang kerja.

Kata-kata "berangkat kerja jam berapa nok? Sarapan dulu yaa, kalau nggak ya sangu bekal. Bapak udah masak nasi lho."

Aaah..terharu aku pak. Sayang Bapak!!

Sehat selalu nggih, cinta pertamaku.

Semoga bapak selalu dalam lindungan Allah swt. Aamiin ya Rabbalalamin.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Music

Arsip Blog