07 November 2016

up to 3153 mdpl

Akhir bulan Oktober kemarin ku tutup dengan acara naik-naik ke puncak gunung bersama trio bolita. Anga, Pram dan Tanjung. Ini kali keempat aku naik gunung sama Anga dan Pram, kalau sama Tanjung baru dua kali. Kita berempat memilih naik ke gunung Sindoro via Sigedang atau jalur Tambi, Wonosobo.

Sesuai rencana, kita berangkat hari Sabtu pagi tanggal 29 Oktober 2016. Meeting point di rumah Anga daerah Gunung Pati.

Malam sebelumnya si Pram bilang kalau dia malah nggak enak badan, lututnya udah mulai kerasa sakit. Lalu ku bilang, "besok pagi datang lebih awal ke rumahku. Ku terapi sebentar itu lututmu". 

Sabtu pagi jam 07.30, Pram udah sampai di rumah. Ku terapi lututnya pakai sinar infra red sama ku pasang kinesiotaping sambil mulutku komat-kamit baca do'a biar lututnya nggak kambuh kayak waktu naik ke gunung Sumbing beberapa waktu yang lalu. Haha 

Jam 08.30 setelah pamit ke ibu bapak, aku dan Pram langsung cuus ke rumah Anga. Dan begitu sampai sana, ternyata Anga belum balik ke rumah dari jam 06.00 pagi. Kata ibunya Anga, Anga ini nunggu si Tanjung di kosan tapi kok nggak balik-balik. Baiklah, kita berdua nunggu Anga sama tanjung dulu sambil ngemil klepon ungu bikinan si ibu. 

*sambil nunggu Anga sama Tanjung, kita flashback bentar yaa.. gimana aku bisa dapet izin naik gunung dari ibu bapak. Haha* 

( Aku izin ke ibu udah jauh-jauh bulan kalau mau naik gunung lagi, mumpung si Anga pulang. Dan reaksi ibu cuma " Halaah..naik gunung lagi. " udah, cuma gitu aja reaksi jawaban dari ibu. Aku takjub teman-teman. Karena biasanya jawaban ibu akan panjang kali lebar dan berujung pada adegan mendiamkan aku sampai hari H. Tapi pas kemarin itu si ibu bener-bener kayak udah "sakarepmu". Dan bahkan ibu yang malah nyiapin logistik pendakian kemarin. Terimakasih ibu. hahaha. Lain ibu lain juga bapak. Menjelang hari H pendakian, bapak malah nyuruh aku batalin acara naik gunungnya karena cuaca lagi nggak kondusif. Sempat berdebat dikit waktu itu. Hehe, maaf ya pak yaa. Lalu keluarlah kalimat ampuhku buat ngayem-ayem si bapak biar nggak terlalu khawatir. " Percaya sama aku pak. Insya Allah aman. " Reaksinya kurang lebih sama kayak ibu. "Sakarepmu". I love both of them. ^_^ ) 
* flashback selesai. the end * 

 Kurang lebih 1 jam kita nunggu mereka berdua. Dan akhirnya datanglah si bongsor dan si gundul, Anga sama Tanjung. Sebelum berangkat kita berempat sarapan dulu sama masakan ibunya Anga -Aku manggilnya Mamak- 

Selesai sarapan, kita bongkar muat 
bawaan. Cek perkap jangan sampai ada yang ketinggalan. Prepare cukup, jam 10.30 kita berempat pamit ke Mamak sama bapak. Bismillahirrahmanirrahim. 

Perjalanan ke Wonosobo, kita memilih lewat jalur dalam ( Boja-Sukorejo-Temanggung-Wonosobo ) buat menghemat waktu. Dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam dan diguyur hujan yang deres banget di tengah jalan, akhirnya kita sampai juga di basecamp gunung Sindoro via Sigedang. 

Disini kita disambut sama Mbah Amin -dianggap sebagai juru kunci Gunung Sindoro- dan Mas Anas. Cuaca waktu itu lagi nggak bersahabat. Hujan terus mengguyur dari siang sampai sore. Setelah melakukan registrasi dan diberi wejangan oleh beliau berdua, kita memutuskan buat siap-siap berangkat dalam keadaan hujan. Hujan rindu. Haha... Apasiiiih!! ^~^  
Jam 15.30 kita berempat pamit ke Mbah Amin untuk berangkat, beliau berpesan untuk selalu berhati-hati baik lisan ataupun perbuatan. Kalau ada apa-apa segera menghubungi basecamp. 

Kita berempat berkumpul membentuk lingkaran kecil, berdoa semoga selama pendakian kita selalu dalam lindungan Allah swt. Aamiin. Dan nggak lupa tos "hoi" pelan, seperti yang biasa aku, Anga, Pram lakukan. Biar semangat. Pasukan Punk In Love berangkaaat!! Nama ini digagas sama Tanjung. Hahaha.. Tanjung Alay! Punk In Love adalah sebuah film Indonesia yang pemeran utamanya ada empat orang. Tiga cowok dan satu cewek. Persis sama formasi kita ini. 

Dari basecamp sampai ke pos bayangan memerlukan waktu kira-kira 45 menit perjalanan jalan kaki. Dengan kondisi jalan menanjak. Hujan pula. 

Tapi Alhamdulillah berkat do'a para ibu-ibu di rumah, ada mobil pick-up yang bersedia mengangkut kita sampai pos bayangan. Terimaksih mas yang aku nggak tau namanya. ^_^ 

Sampai di pos bayangan, kita membelah perkebunan teh untuk menuju Pos I. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 30 menit. Pos I ini berupa tempat penimbangan daun teh. Disini kita istirahat sebentar buat sholat Ashar. Setelahnya kita lanjut jalan lagi menuju Pos II yang sepanjang perjalanan masih didominasi sama perkebunan teh. Waktu tempuh untuk sampai di Pos II kira-kira sama, 30 menit. 

Sama seperti Pos I, di Pos II ini bangunannya juga dipakai sebagai tempat penimbangan daun teh. Nah, sampai di Pos II inilah aku mulai ngerasa alergi gatal-gatal ku kambuh kalau dingin. Dan parahnya lupa nggak bawa obat anti alergi -Dextamin-. 

Yang lain sempet panik, tapi kutenangkan pikiran mereka kalau alergi ini nggak berlangsung lama, nanti ilang sendiri. Lanjut jalan lagi sampai di pos patok wesi. Disini kita nggak istirahat, tapi langsung jalan terus menuju Pos III. 

Perjalanan menuju Pos III ini kita mulai memasuki kawasan hutan belantara. Kondisi jalan terus menanjak. Dan aku nggak terlalu berharap ada banyak bonus landai karena jalur ini memang terkenal dengan tracknya yang terus menanjak. 

Adzan maghrib mulai terdengar, kita berhenti sebentar sambil minum,ngemil, dan menerapi kakinya Anga yang kram. Adzan maghrib selesai, perut udah terisi dan kaki Anga udah mendingan, kita lanjut jalan lagi. 

Diperjalanan kita ketemu sama rombongan pendaki lain yang mendirikan camp di area yang cukup datar dan lebar. Bisa buat mendirikan dua tenda. Kita disuruh mampir dulu ke tenda mereka, tapi kita menolak dan mau langsung lanjut aja ke Pos III. Dan yang membahagiakan, si mas pendaki ini bilang kalau Pos III udah deket. Kira-kira 15 menit lagi lah dari tempat mereka nge camp. Thanks mas infonya, kita berempat capcuuus lanjut jalan lagi. Dan bener aja, baru jalan sebentar kita udah sampai di Pos III Watu Tulis. 

Kita berhenti cukup lama disini buat ishoma. Masak air buat bikin minuman hangat sama makan nasi bungkus yang aku bawa dari rumah. Lauk dari ibu duet sama lauk dari mamak. Satu kata, nikmat. ^_^ 

Pas lagi asik makan, kita ketemu lagi nih sama rombongan pendaki yang mau naik. Mereka berempat cowok semua, dan cuma satu orang yang bawa tas ransel biasa. Tiga yang lain cuma bawa diri aja. Kulihat penampilan mereka ini keliatan santai bin nekat. Alas kaki yang mereka pakai bukan sandal atau sepatu standar pendakian. Tapi sandal trepes kayak yang di hotel-hotel itu. Senter pun cuma satu. Tenda juga mereka nggak bawa. Cuma bawa bekas MMT aja. Meeen.. itu mereka rock n roll banget!! edaan!! nggak tau apa cuaca lagi kayak gini. Bukan sangar, tapi ngawur. >_< Ahsudahlah, tinggalkan cerita tentang mereka. 

1 jam kita istirahat di Pos III Watu Tulis, kita beres-beres barang-barang lagi buat melanjutkan perjalanan. Tepat jam 20.00 kita start naik lagi. 

Dari Pos III menuju Pos IV yang di dominasi sama hutan mati bekas kebakaran yang melanda Gunung Sindoro beberapa waktu yang lalu. Jalan terus menanjak dan sampailah kita di Pos Watu Susu. Eeeh.. ketemu lagi sama pendaki nekat yang kita sapa di Pos III tadi. Mereka menggelar bekas MMT di tempat datar. Menawari kita buat istirahat di tempat mereka. Tapi lagi-lagi kita berterimakasih, karena kita lebih memilih buat istirahat sebentar, minum, kemudian lanjut naik lagi. Berpacu sama cuaca. Kita pamit ke mereka untuk lanjut naik lagi. 

Watu Susu menuju Pos IV Gardu Pandang ini yang kita rasa beraaaaat banget. Kita berada di ladang batu. Jadi harus aware banget kalau ada batu yang labil. Jangan sampai salah injak. Berasanya track ini kok nggak sampai-sampai dan nggak ada habisnya. Kita malah mikir kalau jangan-jangan Pos IV udah kelewatan dan kita nggak tau. 

Aku terus menanyakan ke Tanjung yang dari awal pendakian dia selalu jadi yang terdepan, terkokoh, terkuat dan tak tertandingi. Taruna harus kuat, nggak boleh lemah!! 

"Udah kelihatan belum njung plang Pos IV nya?" Dia jawab, Belum. Kutanya lagi, "Kira-kira jodohku udah keliatan belum njung?" Hahaha.. pada ketawa! :D 

Menuju Pos IV ini, Anga yang paling kewalahan. Dia mengeluh sesak nafas. Karena bau belerang yang mulai menyengat. Ditambah beban tas yang dibawa dia berat, track nanjak, dan lagi-lagi harus berpacu sama cuaca. Karena kabut udah mulai naik dan awan hitam yang mulai menggantung. Ah Ya Allah, nggak karuan kali perasaanku waktu itu. 

Tanjung memutuskan buat naik duluan, dia cari jalan buat memastikan Pos IV udah deket. Dan Alhamdulillah, teriakan Tanjung terdengar, " Pos IV!!! yok semangat!!! " kita bertiga bergegas ke arah suara Tanjung. 

Akhirnyaa.. Pos IV terjamah juga di jam 22.30. Kita memutuskan buat mendirikan tenda disini. Dengan tempat yang nggak bisa disebut datar dan agak miring, tenda kita bisa berdiri juga. Tenda si Ijo Great Outdoor kapasitas 6 orang jadi tempat tidur kita malam itu. 

Minggu, 30 Oktober 2016 

Selamat Pagi Semesta... ^_^
Bangun..sholat subuh..ngapelin matahari pagi beserta keindahannya..sarapan..bongkar tenda dan beres-beres perkap..foto-foto bentar..lanjut naik lagi. 

Semangat!!! Start dari Pos IV jam 06.30 Ladang batu II mulai kita lewati.
Etape -anggep lagi sepedaan- yang satu ini aku yang mulai melemah. Formasi terpecah jadi dua. Anga dan Tanjung, Aku dan Pram. 

FYI, selama pendakian yang aku lakukan bersama mereka, Pram selalu berdiri di belakangku. Ceritanya yang melindungi dan menjaga. Thankyou Praam. ^_^
Setelah jalan nanjak selama 1,5 jam, sampai juga kita di puncaaaak!!! Allahuakbar!! Hai Sindoro, kusapa kau beberapa waktu yang lalu dan baru sekarang bisa menyambangimu. 

Entah jodoh atau apa yaa.. kita ketemu lagi sama pendaki nekat Pos III. Alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat. Alam berpihak pada mereka, karena semalam nggak jadi hujan. 

Di puncak kita foto-foto bentar di plang puncak Sindoro dan foto pakai tulisan-tulisan yang kertasnya kita pakai kertas bekas pendaki lain yang dengan pedenya mereka buang ke sembarang tempat. Setelahnya, kertas-kertas itu tadi kita buang ke trash bag yang Anga bawa. 

Salam kece kita berempat buat mbak budi. hahaha
1 jam kita di puncak, lalu turun ke Segoro Wedi yang luasnya berkali-kali lipat luas lapangan bola. Jalan di Segoro Wedi ini aku ngrasanya kayak jalan di planet lain. Karena saking luasnya dan lapang.
Puas foto-foto dan bikin video dokumenter, kita turun ke ladang sabana buat masak-masak. Isi tenaga buat perjalanan turun. Bagian masak-masak kuserahin sementara ke Si Gundul Tanjung dibantu sama Pram. Sementara aku lagi jadi medisnya Anga (lagi) karena pergelangan kaki dia sakit.
Perut Alhamdulillah udah kenyang, tenaga udah kembali on fire lagi. Tepat jam 10.00 kita melakukan perjalanan turun. Pasukan Punk In Love kembali melakukan ritual berdoa. Doa yang sama ketika kita akan naik. Bismillahirrahmanirrahim, wahai para ibu... anakmu pulang. 

Singkat cerita, kita sampai bawah jam 14.00. Berarti 4 jam kita turun. Kita salah jalur teman-teman. Hahaha. Harusnya kita turun tepat di jembatan Pos Bayangan. Tapi nyatanya nggak, kita bergeser agak jauh ke Basecamp Sindoro yang lain. Ini kaki rasanya udah nggak kuat buat jalan lagi. Mudah-mudahan ada pick up lewat. Dijabah do'a kita, ada pick up lewat dan kita diperbolehkan numpang bahkan dianter sekalian sampai basecamp Mbah Amin. Alhamdulillah. Terimaksih warga Tambi. 

Sampai basecamp kita disambut sama Mbah Amin. Dipersilahkan buat makan-makan dulu sama beliau. Nggak lupa juga kita beli stiker yang dijual buat kenang-kenangan sama titipan temen yang minta dibeliin. 

Jam 15.00 kita pamit ke Mbah Amin buat pulang ke Semarang. Kali ini kita ngejar waktu buat Tanjung. Karena Tanjung harus sampai di Asrama jam 20.00 lengkap dengan PDL nya. Kalau nggak, nanti dapet "snack" dari seniornya dan skors dari pihak akademi. Harapan buat menikmati es buah pupus sudah. Haha 

Memang selalu ada cerita di setiap perjalanan. Memasuki kawasan Bejen-Temanggung, motor Tanjung lepas rantai. Yang mengharuskan bongkar rantai se ban belakangnya. Udahlah hari minggu, manalah ada bengkel yang buka dan jual sparepart sepeda motor, di hutan pula ini kejadiannya. Akhirnya diputuskan, Pram sama Tanjung cari bengkel besar yang jual sparepart. Aku sama Anga jaga motor. 
Banyak di PHP in orang-orang yang lewat. Kebanyakan cuma ngeliat aja tanpa tanya kenapa, ada yang bisa dibantu. >_< 

Hampir satu jam nunggu, akhirnya mereka datang dengan bawa sparepart yang dibutuhkan. Ahh.. untunglah mereka laki-laki yang mengenal dunia permontiran, jadi bisa cepet. Kereeen caah!! ^_^
Selesai sudah tragedi motor Tanjung... kemudian kita pulaaaang!!! Tapi..tapi..tapi, baru beberapa meter dari TKP Tanjung, ini giliran motor yang aku tumpangi sama Pram yang bermasalah. Ban motor Pram bocor. 
Ya Allah.. apa yang sudah kita lakukan teman-teman. -_- 

Cari tambal ban dan ketemu. Tanjung sama Anga kupaksa buat jalan duluan, mengingat waktu itu udah jam 17.00. Walaupun sebenernya mereka berdua nggak tau jalan pulang. Haha. 

Nggak butuh waktu lama buat nambal ban, setengah jam kemudian aku sama Pram langsung melesat ke Semarang. Sampai di rumah Anga pas Adzan Isya'. Disambut sama senyum merekah Mamak. Alhamdulillah. 
Aku dan Pram bersih-bersih dulu dan makan sebelum pulang. Jam 20.00 kita berdua pamit. Pram mengantarku pulang, dan dia lanjut meneruskan perjalanan pulang ke rumahnya di daerah Mranggen. Bisa tidur nyenyak setelah Pram mengabari kalau dia udah sampai rumah, dan Tanjung yang juga tepat waktu sampai di Asrama. 

Sindoro, kau punya banyak hal untuk diceritakan...

Bukan seberapa kuat ataupun hebat, tapi mampu!! 
 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Music

Arsip Blog